ACTIVE HEALTHY KIDS INDONESIA (AHKI), bekerjasama dengan Prodi PGSD Penjas FPOK UPI didukung oleh Sun Life, Kembali menyelenggarakan Workshop Series on Formulating Indonesia Report Card on Physical Activity for Children and Adolescent. Adapun workshop yang kali ini diselenggarakan adalah Workshop ke 6, merupakan workshop terakhir dalam rangka merumuskan Kartu Laporan tentang Aktivitas Jasmani Anak dan Remaja Indonesia, yang akan dilaporkan oleh AHKI pada Global Matrix 4.0. tahun 2022. Dengan demikian, workshop ini akan menjadi penutup untuk memfinalisasi nilai-nilai dari Perilaku Gerak Anak (Overall Physical Activity, Organized Sport and Physical Activity, Active Play, Active Transportation, Sedentary Behavior, and Physical Fitness) dan Sumber Pengaruhnya (Family and Peers, Community and Environment, Schools, and Government) yang dirumuskan dalam 10 indikator utama. Wrokshop 6 ini diselenggarakan pada hari Kamis, 29 September 2022, di Auditorium FPOK UPI, lantai 4, Gedung FPOK UPI, Jl. Dr. Setiabdhi No. 229, Bandung.
Menurut penyelenggara, Dr. Agus Mahendra, MA., yang juga merupakan Ketua Prodi PGSD Penjas yang sekaligus juga sebagai AHKI Leader, Workshop berseri tersebut merupakan salah satu program AHKI untuk sampai pada peluncuran Kartu Laporan anak-anak Indonesia tersebut. Program lainnya adalah melaksanakan Eminence Lecture, yang juga sudah selesai dilaksanakan, serta program Festival Gerak bagi anak-anak usia dini dan sekolah dasar (SD), dan juga beberapa anak disabilitas. Adapun puncak acara dari program ini pun akan berujung pada program Launching atau Release di tingkat nasional yang akan diselenggarakan di Universitas Pendidikan Indonesia.
Release International dari Indonesia Report Card pada Global Matrix 4.0, akan dilaksanakan pada akhir bulan Oktober 2022, di Abu Dhabi, sebuah summit meeting dari AHKGA (Active Healthy Kids Global Alliance) yang dilaksanakan bersamaan dengan ISPAH Conference ke 9 di lokasi yang sama (melihat Konferensi ISPAH, di sini) . Global Matrix 4.0 merupakan event pertama yang diikuti Indonesia untuk melaporkan kondisi anak-anak dan remaja Indonesia dalam tingkat keaktifan dan kesehatannya. Global Matrix sendiri sudah berlangsung tiga kali di tahun-tahun sebelumnya, yaitu global matrix 1.0 di Canada, Global matrix 2.0 di Bangkok, Thailand, dan Global matrix 3.0 di Adelaide, Australia.
Workshop 6 berlangsung selama satu hari, dilaksanakan secara blended, yaitu dengan sebagian peserta diundang secara tatap muka (langsung) di Auditorium FPOK UPI, sedangkan sebagian besar lagi hadir secara daring melalui wahana Zoom Video Conference. Workshop ini menampilkan AHKI leader dan Co leader sebagai pembicara. Pembicara pertama adalah Dr. Agus Mahendra, MA., menyajikan paparan terkait “2022 Indonesia Report Card on Physical Activity for Children and Adolescent.” Pembicara kedua adalah Dr. H. Dian Budiana, M.Pd. yang menyajikan materi “Kebijakan Promosi Aktivitas Jasmani Lintas Kementerian-Prioritas Kunci dalam Mendukung Anak Aktif dan Sehat di Indonesia.”
Pembicara pertama mengemukakan fakta bahwa tingkat aktivitas jasmani anak Indonesia masih amat rendah, yang diikuti pula oleh rendahnya nilai di setiap indicator. Menurut Agus, akibat dari kurang hadirnya peran pemerintah dalam melahirkan kebijakan-kebijakan kunci, telah menyebabkan level aktivitas jasmani anak-anak Indonesia juga rendah. Oleh karena itu, tepat sekali bahwa ke depan, menurut pembicara kedua, Indonesia harus memiliki kebijakan yang menekankan kepada kebijakan prioritas kunci dalam aktivitas jasmani, perilaku sedenter, dan perilaku aktif di sepanjang hayat.
Tujuan workshop 6 adalah merumuskan usulan-usulan yang berhubungan dengan upaya mempromosikan aktivitas jasmani, melalui lahirnya kebijakan pemerintah yang berpihak kepada anak-anak dan remaja, agar mereka menjadi lebih aktif bergerak. Pemerintah hendaknya mengambil peran dan pendekatan yang tepat, temasuk dalam memandang kebijakan yang selama ini ada, agar lebih mendorong masyarakat, memiliki kebiasaan dan kemauan untuk menjaga kebiasaan aktifnya.
Untuk itu pemerintah perlu melakukan upaya-upaya sinergis dengan instansi pemerintah lain, terutama dalam urusan yang dapat disinergiskan. Agar tidak bersifat exclusive, pemerintah perlu bersepakat dalam menetapkan sasaran dan strategi yang juga memihak kepada banyak orang. Selama ini, banyak kebijakan yang berlaku secara terpisah-pisah dan tidak berorientasi pada kepentingan yang saling memanfaatkan kewenangan yang terpadu, melainkan berdiri sendiri-sendiri. Seperti kementerian pemuda dan olahraga, yang selama ini hanya memikirkan bagaimana menyiapkan atlet yang berprospek prestasi ke masa depan. Demikian juga dengan kemdikbud yang seolah tidak menyadari betapa potensialnya sekolah menjadi peletak dasar bagi tumbuhnya kebiasaan dan kecintaan anak-anak sekolah terhadap aktivitas jasmani dan olahraga. Begitu pula dengan kemenkes yang seakan-akan tidak peduli dengan interrelasi antara aktivitas jasmani yang dilakukan anak dengan kesehatan dan kebugaran masyarakat secara umum, dan memiliki peluang untuk menghemat biaya perawatan dan biaya Kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, workshop 6 memberi anjuran agar pemerintah memulai menciptakan kebiajakan-kebijakan prioritas yang memadukan berbagai kekuatan elemen dari setiap sector untuk kepentingan yang lebih luas. Pemerintah hendaknya memberi contoh dan peluang bahwa pembangunan manusia Indonesia dapat didekati secara bersamaan oleh berbagai kementerian, sehingga dapat bersama-sama merancang kebijakan yang saling terkait dan saling mendukung satu sama lain. Mendorong masyarakat aktif beraktivitas jasmani sesuai dengan rekomendasi dari WHO, perlu didukung oleh kesadaran bersama tentang sasaran yang sama satu sama lain.
Semoga di masa depan, program promosi aktivitas jasmani yang dilakukan pemerintah berhasil menjadikan masyarakat Indonesia aktif, sehat dan bugar melalui program yang melibatkan anak-anak aktif bergerak sesuai dengan rekomendasi dari WHO, misalnya, yaitu melakukan aktivitas jasmani selama 60 menit sehari dengan intensitas menengah hingga intensitas tinggi. Semoga…