Summer Program Active Healthy Kids for Livelier and Healthier World telah dilaksanakan dan dibuka secara resmi oleh Dekan FPOK UPI, Dr. H. Rd, Boyke Mulyana, M.Pd., Senin, 23 Agustus 2021, pukul 08.00 WIB. . Program yang digagas dan diorganisasi oleh Prodi PGSD Penjas ini, atas kerjasama dengan Active Healthy Kids Indonesia, akan dilaksanakan dalam delapan hari, dari tanggal 23 hingga 30 Agustus 2021.
Summer program on Active Healthy Kids for Livelier and Healthier World ini melibatkan sekitar 60 peserta aktif, yang mayoritas terdiri dari mahasiswa dari luar negeri, yang datang dari wilayah Asian Tenggara, di antaranya dari Malaysia dan Filipina, di samping dari Indonesia. Ada juga mahasiswa pendaftar yang berasal dari luar Asia Tenggara, yaitu dari Irak. Peserta yang mendaftar mencapai 99 orang, dengan mayoritas peserta adalagh mahasiswa dari Filipina.
Pembukaan summer program berlangsung khidmat dan formal, di mana Direktur DIA (Directorate International Affairs) UPI, Ahmad Buchori, Ph.D. datang menghadiri dan menyampaikan sambutannya secara resmi. Dalam sambutannya, Direktur DIA menyampaikan penghargaannya kepada Prodi PGSD dan panitia, yang telah mengambil inisiatif untuk mengangkat tema Active Healthy Kids for Livelier and Healthier World ini, mengingat hal itu amat terkait dengan kondisi saat ini.
Menurut Achmad Bichori, di tengah pandemic Covid-19 ini, memang disinyalir banyak sekali anak-anak yang menjadi amat terkendala untuk aktif bergerak menyalurkan kelebihan energinya, dan beralih menjadi penikmat gawai elektronik, sehingga meningkatkan screen time yang membahayakan. Dengan demikian, summer program ini memberi jalan agar makin banyak mahasiswa diberi tugas untuk mengajak anak-anak di lingkungan sekitar dirinya tinggal, untuk aktif dan bergerak, dengan pembimbingan mahasiswa, sehingga lebih terarah dan bersemangat.
Pembukaan juga dihadiri salah satu instruktur asing, yaitu Associate Professor Selina Khoo, yang berasal dari University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Dan hari pertama dari summer program ini memang merupakan hari di mana dirinya bertugas menjadi instruktur yang menyampaikan materi utamanya. Instruktur lain yang akan bertugas pada rangkaian program ini adalah Prof. Stephen H.S. Wong, Ph.D., dari Chinese University of Hong Kong, di samping sebagai salah seorang executive representative dari AHKGA, serta Assoc. Professor Lisa Barnett, seorang ahli aktivitas jasmani dan physical literacy dari Deakin University, Australia.
Summer program memang dirancang untuk membangkitkan kesadaran dari para mahasiswa dari berbagai program study, untuk dapat mengambil peranan dalam upaya meningkatkan level of physical activity anak-anak-dan remaja, sehingga terbebas dari ancaman kecenderungan sedentary behavior. Kondisi ketidak-aktivan anak-anak dan remaja ini tengah menjadi keprihatinan seluruh pihak, terutama WHO, yang mengklaim bahwa ketidak-aktivan masyarakat dunia telah menjadi ancaman nomor empat yang menyebabkan kematian.
Tanpa kehadiran pandemic covid-19 sendiri, riset-riset mutakhir menyatakan bahwa kematian akibat non-aktif secara fisik menempati ranking keempat setelah tekanan darah tinggi, penggunaan tembakau dan glukosa darah tinggi, serta melengkapi ancaman akibat kelebihan berat badan dan obesitas (Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 2009, pV).
Pada tahun 2008, ketidakaktifan fisik diperkirakan bertanggung jawab atas 9% dari kematian dini atau lebih dari 5,3 juta kematian di seluruh dunia (Lee et al., 2012). Berdasarkan hasil ini, aktivitas fisik telah digambarkan sebagai salah satu “masalah kesehatan masyarakat terbesar di abad ke-21” (Blair, 2009; Trost et al., 2014). Prevalensi global ketidakaktifan fisik diperkirakan 31,1% untuk orang dewasa dari 105 negara pada tahun 2012, (Hallal et al., 2012) dan 81% untuk remaja (11 hingga 17 tahun) pada tahun 2010 (WHO, 2014,)
Sebagai mana diketahui, aktif bergerak sudah menjadi standar dasar bagi optimalnya pertumbuhan baik fisik, mental, emosional, dan social anak, yang merupakan kebutuhan mendasar bagi anak. Namun pada kenyataannya, pertumbuhan ekonomi dan kemajuan pembangunan sudah menggerus hak anak untuk aktif bergerak, karena di samping semakin menghilangnya ruang publik yang dibutuhkan, juga karena tuntutan akademik dalam bidang pendidikan meminta waktu anak terlalu banyak untuk belajar ‘sambil diam dan kurang gerak.’ Dalam pada itu, sekolah dan pemerintah belum mengkompensasi kecenderungan kurang gerak tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang mengkompensasi kekurangan tersebut.