Manusia pada dasarnya dirancang untuk bergerak dan aktif. Tubuh kita berevolusi untuk memenuhi tuntutan sebagai mahluk hidup berupa manusia. Namun demikian, riset menunjukkan bahwa ketika ekonomi berkembang, maka populasi tingkat keaktivan manusia menjadi menurun secara sangat berbahaya. Harga kemajuan manusia dan ekonomi semakin terhuyung, sebagai konsekuensinya manusia semakin tidak perlu aktif bergerak dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Hal itu tentu akan menjadi ancaman membahayakan bagi kesehatan, ksejahteraanan dan juga kualitas hidup manusia. Tetapi yang sungguh patut diprihatinkan adalah karena hal itupun menghasilkan erosi besar-besaran pada potensi manusia.
Di banyak Negara makmur secara ekonomi, ketidakaktivan fisik benar-benar berurat berakar, sehingga mewujud menjadi suatu norma. Tanpa disadari, konsekuensinya menyajikan problema yang lebih besar dan jauh lebih radikal daripada yang bisa disadari manusia. Barangkali yang paling mengundang keprihatinan besar adalah fakta bahwa masalahnya, harga dan konsekuensinya, dipercepat ke masa depan melintas batas generasi, menciptakan siklus fisik yang buruk dan kesehatan emosional, dan tragisnya lagi menghapus secara pasti potensi manusia masa depan.
Ditunjukkan oleh menurunnya jumlah waktu dalam menyelesaikan tugas-tugas kantor, mengurus tetek bengek rumah tangga, termasuk dalam hal perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat lain. Kemajuan teknologi dalam hampir segala bidang telah memanjakan manusia secara berlebihan, Semua jadi bukti dari ekses tidak sengaja kemajuan teknologi dan ekonomi termasuk progresifnya hasil-hasil inovasi. Kendaraan, mesin, dan gadget dewasa ini telah tersedia dalam beragam model hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang suatu masa di jaman dulu memerlukan usaha fisikal.
Hasil riset menunjukkan meningkatnya perubahan dunia ke arah nonaktif secara fisik yang amat dramatis. Hanya dalam kurun 44 tahun (diperkirakan merupakan 1.5 generasi), aktivitas fisik di Amerika telah menurun sebesar 32 persen dan akan menjalani jalur yang sama hingga ke tingkat 46 persen penurunan menjelang tahun 2030. Bisa dibayangkan bahwa trend tersebut akan menjadi lebih dramatis melanda Negara-negara yang kesadaran fisikalnya rendah seperti Indonesia, yang program pendidikan jasmani di sekolahnya rendah dan termasuk amat rendah upaya pemerintahnya dalam menyadarkan masyarakat umum tentang pentingnya aktivitas jasmani dan olahraga.
Oleh karena itu, kita perlu melakukan tindakan melawan trend dunia tersebut. Salah satu tindakan perlawanan tersebut adalah menyediakan wahana bagi anak-anak kita untuk senang dan banyak bergerak, yang efeknya tentu harus juga berimpak melintasi antar generasi pula. Tindakan tersebut harus bersifat menyenangkan, tidak terlalu memerlukan kemampuan atau keterampilan khusus, sehingga tidak banyak membatasi ruang gerak partisipasi dari mereka yang terlibat.
Dalam upaya melawan ketidak-aktifan fisik itulah Prodi PGSD Penjas S-1 melaunching program Active Healthy Kids untuk anak Indonesia. Prodi PGSD Penjas berlomba dengan waktu, mendorong program Festival Gerak bagi anak-anak SD dan SLB untuk menularkan demambergerak serentak di seluruh sekolah di Bandung, di Jawa Barat, di berbagai Provinsi, dan di seluruh belahan bumi pertiwi, agar kita terhindar dari epidemic budaya sedenter.